Seorang pemulung yang malang karena rejeki jauh di angan dengan keberadaan sampah yang terbatas...
Wahai Dewa Material,
Aku. Dan Sial. Ditemani si Malang pula. Kau kungkum saja kami terus dalam air duka.
Kau bersekongkol dengan Dewi Proses, sungguh karakter pengkhianat!
Mengaku kumpulkan yang tak berguna setelah suatu akhir. Bodoh.
Lihatkah ku ais tanah Tuhan, tapi tak ada yang menusuk hidung
Tak pandang yang bertumpukan. Lagi-lagi kalian bodoh.
Lagipula hanya padang bersih, nan segar yang dicongkakkan.
tak kudapatkanlah pengganjal perut itu. Gara-gara yang tak banyak.
Memang bodoh.
Presiden sampah tidak terima dengan keadaan sampah saat ini (sampah sangat banyak). Dia merasa tak mampu mengatur keadaan yang sudah semrawut..
Zero Waste…
(hahaha) Salam super bagi pengagum berhala itu!
Insinerator. EPR. Dan B3. Kongkalikong mereka hancurkan cinta kerajaan ini. bersama konco.
4R pun tersenyum lunglai. Seperti pengumpat.
Kujatuhkan saja dengan air mata. Banjiri negeri sendiri.
Kutelan.
Milenium, 25.700 m3 per hari. Ulah tambang industri.
Kumaki sentralisasi nyata. Padahal aku pun turut mencipta.
Tertawa dalam Perang Kelola. Pertanda aku gila.
Ada cacing di ubun ku.
Zero Waste is Zero…
Keluarga sampah merasa sumpek dengan keadaan sampah yang semakin banyak saat ini..
Aku sang nahkoda. Berlayar di atas lautan sampah.
Bau tak sedap. Sudah biasa.
Satu rasa.
Ingin MUNTAH.
Kubuat saja tersangkanya. Si penjajah bertopeng pengusaha.
Aku saja resah. Bagaimana alam tidak marah?!
Lidahku senang menyebutnya Si Limbah.
Makhluk yang kian tenar seantero dunia. Dengan baiknya buat orang susah.
Kering atau basah kututup mulut saja.
Terengahpun,
Manusia sok meraja.
Dua bocah sampah yang merasa TPA yang dulu lapang, sekarang tidak bisa dipakai untuk bermain bola lagi..
Bola itu kita. Itu bola kita. Kita bola itu.
Bola itu sampah. Sampah itu bola. Apa beda?
Atau kita adalah sampah.
Sama saja rupanya. tetap tak ada tempat main bola.
Tapi tak apa-apa lah.
Kata ayah, Ronaldo dulu juga temennya sampah. Anak sampah.
Yes, kita bisa jadi pebola sampah…
Sampah, TEMAN BERMAIN DAN BELAJAR. Seperti jargon sebuah majalah.
Pemulung bertambah banyak dan bersuka cita karena banyak rejeki..
Kuputar saja kata-kataku sebelumnya:
Wahai Dewa Material,
Aku, kini Kita. Dan Untung. Ditemani si Mujur pula.
Kau kungkum saja kami terus dalam air bahagia.
Kau berselingkuh dengan Dewi Proses, sungguh karakter penjahat!
Mengaku kumpulkan yang tak berguna setelah suatu akhir. Jenius.
Lihatkah ku ais tanah Tuhan, kini berlimpah yang menusuk hidung
Banyak kupandang yang bertumpukan. Lagi-lagi kalian jenius.
Berubah jadi padang kotoran, nan menyengat tak tertahankan. Merusak bahkan.
Mudah kudapatkanlah pengganjal perut itu. Gara-gara yang tak sedikit.
Memang jenius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar