Laman

Minggu, 30 Mei 2010

Jerit Tak Bertuah

Pagi menghujat siang bersiul malam tak punah dan larutpun menghadang
Itu gerutuan pendosa..
Hingga semut hitam terinjakpun,
aku hanya insan pekerja sawah. Lelah, derita, dan luka. Ini biasa.
Sebagaimana sabda sang penyampai,
sebuah istana surga pengganti sesuap nasi didunia
bagi sang nahkoda…

Coba kau hitung langkah matahari!

…aku bingung, letih, berkutat amarah dan sempat pingsan oleh sebabnya
Begitulah makhluk dengan otot kekar ini,
kuat tapi tak berdaya..
lahanku akan berubah menjadi gedung yang entah apa namanya katanya penuh bangga tanpa rasa
aku tak tahu apa isi perut dan otak para pemimpin disana…

Dalam heningpun,
kudengar jangkrik menangis
sang katakpun ikut pilu..

layak kau sebut hukum rimba??!
Mungkinlah..
Yang berlimpah harta
yang berkuasa,
Yang tak punya hati
yang selalu menyakiti,
dan aku tak peduli…

Sisa lahanku, telah pasti sisa perjuanganku
Tetap bertahan dalam duka ‘tuk bahagia
Tetap bersabar dalam sakit tanpa menjerit
Cuma demi sebuah nama,
KELUARGA…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat